Selasa, 12 Juli 2011

Journey, day 48

        Seminggu ini emosi saya diaduk-aduk oleh banyak kejadian. Seorang teman saya dapati sedang sakit dan saya memaksanya untuk ke rumah sakit saat itu juga. Keputusan yang sangat tepat karena ternyata kondisinya terus turun setelah dibawa ke Rumah Sakit. Saya menangis dalam doa agar masa kritisnya segera bisa teratasi dan terus berupaya agar dia mendapat penangan yang tepat. Beberapa saat kemudian saya tertunduk tanpa dapat berucap ketika tahu seorang teman yang lain ternyata telah sekian lama bergumul hebat dengan persoalan yang sangat berat. Disisi yang lain ibu saya juga masuk rumah sakit karena pembengkakan jantung. Butuh perhatian khusus karena sakitnya disebabkan oleh rasa kehilangan yang besar setelah Kezia, cucunya, dibawa orang tuanya ke Tomohon. Tak cukup itu saja, Gunung Lokon di Tomohon tempat adik saya tinggal, statusnya ’awas’ dan siap meletus tiba-tiba. Saya was-was membayangkan bila gunung itu benar-benar meletus karena jaraknya memang cukup dekat. Saya sendiri diwaktu yang bersamaan harus mengerjakan banyak hal yang yang sifatnya urgen, menyangkut masa depan karir saya.
            Dalam keadaan seperti ini saya harus memilih mana yang harus saya dahulukan. Ternyata tidak ada yang bisa didahulukan, semuanya penting buat saya. Minggu ini saya belajar mengelola emosi, tetap memberikan perhatian kepada semuanya dan menjaga diri sendiri agar tetap tenang. Kenapa saya tidak fokus saja dengan urusan saya dan keluarga saya sendiri? Saya coba menelusuri hati saya... Ternyata saya tak hendak melakukan tindakan yang dianggap mulia ketika memberi perhatian pada orang lain atau melakukan itu sebagai bentuk pelayanan. Tidak, saya melakukan semua itu untuk diri saya sendiri. Ketika saya sakit, saya ingin ada yang menolong dan membawakan obat. Ketika saya berbeban berat, saya ingin ada orang yang memberi diri ikut mengangkat beban itu. Ketika saya kehilangan arah, saya ingin ada yang menjelaskan posisi tempat saya berpijak dan menunjukkan ke arah mana saya bisa melanjutkan perjalanan. Ketika saya tidak mampu berdoa, saya ingin ada orang yang terus mengingat saya dalam doa-doanya. Dan ketika saya bersuka cita, saya ingin ada orang yang ikut bersukacita bersama saya, sama halnya ketika saya menangis, saya ingin ada orang yang menangis bersama saya.


"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Mat 7:12a)


Minggu, 10 Juli 2011

Journey, day 46

Keluaran 14

Tuhan telah menjatuhkan sepuluh tulah kepada bangsa Mesir sehingga Firaun mengijinkan orang Israel pergi. Dalam perjalanannya ternyata Tuhan memerintahkan kepada Musa agar memimpin rombongan itu untuk balik kembali ke Pi Hahirot di antara Migdol dan laut Teberau, tepatnya di dekat Baal Zefon untuk berkemah disana. Saya tertarik dengan perintah untuk balik kembali. Balik kembali berarti berputar 180°C dan bergerak ke tempat yang sebelumnya pernah dilewati. Kalo hidup adalah tentang mencapai tujuan dan tolak ukur keberhasilan adalah sampai di tempat tujuan dengan seefektif mungkin, maka perintah ini amat sangat menyakitkan. Perjalanan di padang gurun yang kering dengan temperatur yang ekstrim serta cuaca yang bisa sewaktu-waktu berubah diperberat dengan bawaan yang tentu tidak ringan, apalagi ada perempuan dan anak-anak yang harus dijagai. Balik kembali? Siapa yang akan dengan rela hati melakukannya? Bukankah sebelumnya mereka telah mengambil rute yang jauh demi menghindari orang Filistin? Tapi rombongan itu berbuat seperti yang diperintahkan Tuhan. Tidak dijelaskan bagaimana Musa meyakinkan orang-orang Israel itu. Yang pasti Tuhan menyatakan kepada Musa bahwa tujuan mereka balik kembali adalah karena Tuhan hendak menyatakan kemuliaanNya, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Dialah TUHAN. Bagaimana caraNya? Seperti sebelumnya, Tuhan hendak mengeraskan hati Firaun sehingga ia mengejar orang Israel. Lihatlah Dia bisa mengeraskan hati seseorang demi tujuan yang hendak Dia capai! Jadi benar, terkadang situasi buruk atau orang-orang yang menyulitkan disekitar hidup kita bisa dipakai Tuhan untuk maksud-maksud khusus yang hendak Tuhan kerjakan dalam diri kita.
Benar, hati Firaun dan pegawai-pegawainya berubah. Mereka tidak mau kehilangan budak-budak mereka dan bertekad mengerahkan seluruh kekuatan untuk mengejar orang Israel. Firaun membawa enam ratus kereta yang terpilih, masing-masing lengkap dengan perwiranya serta pasukan berkuda. Dengan kekuatan tersebut mereka pasti mampu mengejar rombongan orang Israel yang tentunya berjalan jauh lebih lambat. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel ketakutan dan merekapun berseru kepada Tuhan serta berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." Seperti apa gemuruh kereta dan pasukan berkuda Firaun di tengah padang pasir? Begitu menakutkankah sehingga orang Israel bisa lupa bagaimana Tuhan telah membuat keajaiban demi keajaiban dalam bentuk tulah yang sebelumnya telah mereka saksikan sendiri? Inilah yang terjadi pada manusia pada umumnya, mudah sekali menganggap sepi kebaikan, kasih setia, pertolongan dan bahkan penebusan yang sudah Tuhan berikan. Pasti kita semua berpikir, memang itu khan pekerjaan Tuhan yaitu melakukan kebaikan, mengasihi, menolong dan menebus dosa manusia. Jadi bukan hal besar kalo Tuhan melakukan itu pada kita? Apa akibatnya? Lihatlah kalo manusia mengalami penderitaan, ketidaknyamanan atau keinginan yang tidak terwujud. Siapa yang akan diteriaki keras-keras, ”Apakah yang Kauperbuat ini terhadap aku?” siapa lagi kalo bukan Tuhan. Karena seruan orang-orang Israel itu, maka Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Dan berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda."
Musa tahu apa yang menjadi rencana Tuhan, tapi apakah orang-orang Israel ini menangkap hal yang sama? Sulit untuk melihat karya Tuhan ditengah badai hidup yang sedang mengamuk. Penderitaan akan menjadi fokus hidup yang menyebabkan pandangan kepada Tuhan dan rencanaNya menjadi kabur. Tuhan tahu langkah apa yang harus diambil oleh orang yang sedang bingung, tidak bisa memahami dan bahkan marah pada keadaan, ”Terus berjalan..!” Diam ditempat dan terus bertanya-tanya tidak akan membuat kita mendapatkan jawaban atas persoalan yang kita alami. Tuhan tahu hati manusia, kalopun semua persoalan dijelaskan pada saat itu juga, manusia tidak akan mengerti dan hal yang lebih parah bisa saja terjadi yaitu manusia tidak lagi mau berharap pada pertolongan Tuhan dan lagi-lagi Tuhan tidak ditempatkan pada tempat yang semestinya.
Ayat 19 dan 20 menjelaskan demikian, kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.
Tuhan benar-benar berperang melawan tentara Mesir. Lihatlah ternyata ada malaikat yang berdiri di depan rombongan orang israel. Ada malaikat yang menjagai mereka dan bahkan membentengi mereka dari mara bahaya. Dan yang lebih ajaib lagi, Tuhan hadir di sana, ditengah tengah mereka dalam tiang awan yang sekali lagi membuat keajaiban dengan kegelapan yang begitu pekat sehingga kegelapan itu menjadi pemisah antara orang Israel dan tentara mesir. Secara logika, orang Israel sudah tidak mungkin bergerak lagi. Mereka terjepit diantara tentara Mesir dan laut Teberau. Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka--segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda--sampai ke tengah-tengah laut. Tuhan menggunakan angin timur yang keras untuk mencapai tujuanNya yaitu menyelamatkan orang Israel. Laut benar-benar kering sehingga bisa dilewati dengan berjalan kaki. Airnya tidak surut tapi sebagai tembok. Dalam melakukan pekerjaanNya, Tuhanpun bisa melawan hukum-hukum alam. Jadi apa yang mustahil bagi Dia?
Tentara Mesir terus mengejar dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir." Tentara-tentara Mesir lari ketakutan karena tahu siapa yang sedang berperang melawan mereka. Mereka berlari dengan berbalik arah. Tapi Tuhan tidak pernah meninggakan apa yang telah dimulaiNya. Dia akan selesaikan semua dengan sempurna. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." Air dibelakang tentara mesir yang tadinya sebagai tembok sekarang runtuh dan meliputi mereka. Tak seorangpun yang selamat sedangkan orang Israel masih terus berjalan di tempat yang kering sampai ke sebrang. Hari itu Tuhan benar-benar memperlihatkan siapa diriNya, bukan saja kepada Firaun dan bangsa Mesir tapi juga kapada orang Israel. Benar, Tuhan menyatakan kemuliaanNya.
Pelajaran apa yang bisa  saya ambil? Siapakah saya ini sehingga saya mampu berperang dalam hidup ini. Tidak, saya tidak berperang, Tuhanlah yang berperang bagi saya. Dengan strategi-strategi yang tidak bisa saya analisa secara logika, yang tidak bisa dipahami dengan pikiran saya yang sempit dan terbatas. Terkadang Ia membawa saya berbalik kembali, mengalami hal-hal yang dulu pernah saya alami. Sudah pasti intelektualitas saya menolak dengan keras, ”Aku sudah sejauh ini berjalan dan Engkau membawaku kembali? Bukan waktuku lagi untuk menghadapi persoalan-persoalan seperti ini!” Saya menjadi sombong dan merasa Tuhan telah melakukan yang tidak tepat untuk saya. Tetapi Tuhan tetap bersabar dan meminta saya untuk terus berjalan. Sembari berjalan saya mulai bisa melihat tangan Tuhan yang bekerja, lewat keadaan yang berat, lewat lembah air mata dan lewat orang-orang yang sulit. Dia mengasah kepekaan saya sehingga saya mulai bisa merasakan pimpinanNya. Untuk apa? Untuk memperlihatkan bahwa Dialah Tuhan atas hidup saya. Untuk memperlihatkan bahwa Dialah Tuhan atas alam semesta ini dan bukan orang-orang atau keadaan. Saya jadi tahu bahwa berjalan dalam gelap tidak berarti berjalan sendirian. Tuhan hadir didalam masa-masa kelam, saya tidak ditinggalkan sendirian. Dan ketika saya tidak merasakan kehadiranNya, bisa jadi Dia sedang berpindah, mengambil posisi yang tepat agar saya tidak bersentuhan langsung dengan mara bahaya.

Remember, I wish to be here
As long as you hold ME in your memory
Remember, when your dreams have ended
Time can be transcended
Just remember ME

I’M the one, star that keeps burning so brightly
It is the last light to fight into the rising sun
And with you, whatever you tell
MY story for I’M all I’VE done

I’M that one, voice you’re called
Wind that whisper and you’re listen
You’ll with ME as you cross the sky
As long as I still can reach out and touch you
That I’LL never die

Remember, I’LL never leave you
If you’re lonely remember ME

(Josh Groban - Remember)




Minggu, 03 Juli 2011

Journey, day 39

            Apa ya istilah yang tepat untuk sakit yang disebabkan oleh karena terlalu banyak bekerja didepan komputer? Indikasinya: pusing, pegal-pegal, bosan, bingung dan tidur tak nyenyak. Apa setiap orang yang mencari topik penelitian baru akan mengalami sindrom semacam ini ya? Atau jangan-jangan hanya saya yang mengalaminya..?
            Semakin banyak membaca, semakin banyak tahu, semakin tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Huff.. Referensi dari peneliti diseluruh dunia membuat bidang penelitian ini terlihat begitu kompleks dengan masalah. Sama halnya dengan perpolitikan atau marketing, jurnal penelitian ditulis dengan begitu bombastis menjanjikan hasil terbaik bila diaplikasikan dan menyembunyikan celah kekurangan. Celah kekurangan itu hanya bisa ditemukan dengan membandingkan jurnal yang satu dengan yang lain. Kenapa saya harus mempersoalkan begitu banyak kekurangan itu ya? Uppsss.. ternyata alam bawah sadar saya mengerti benar kalau penelitian ini hendak diaplikasikan pada tubuh manusia sehingga harus dipikirkan baik-baik supaya tidak menimbulkan efek samping nantinya.
            Seorang mantan mahasiswa bimbingan saya bertanya kenapa saya harus mencari topik baru? Saya tersenyum dalam hati. Sayangnya saya tidak bisa menceritakan perjalanan penelitian yang penuh dengan dilema ini kepadanya. Sebenarnya tidak perlu heran kenapa dia mempertanyakan itu karena dia pernah menjadi anggota tim penelitian saya dan prospek penelitian ini dia tahu. Penyebabnya bukan hanya berkaitan dengan topik atau obyek penelitian tapi banyak persoalan lain yang undercover. Ini adalah kali ketiga saya harus mencari topik baru.
            Meski saat ini saya mengalami sindrom aneh ini, tapi saya harus terus melangkah maju. Mendownload jurnal dan membacanya, memilah yang tepat kemudian menterjemahkan. Kadang berhari-hari notebook tidak saya matikan dan thanks God.. dia nggak rewelan kayak saya.. Pekerjaan belum selesai, saya masih ditengah upaya menemukan sesuatu yang tepat untuk diteliti.
            Kalau ditilik sejarah perjalanan hidup saya, tempat dimana saya banyak menangis adalah tempat dimana seharusnya saya berada. Kalau saya sampai menangisi sesuatu, itu berarti sesuatu itu sangat penting buat saya. Ya.. saya sudah banyak menangis karena penelitian saya, tapi ternyata saya justru semakin mencintai bidang pekerjaan ini. Dengan meneliti saya bisa jujur terhadap diri sendiri, saya bisa belajar rendah hati karena pengetahuan saya masih sangat sedikit dibanding orang lain dan saya butuh tangan yang kuat untuk memberi saya hikmat dan akal budi.


Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina. (Amsal 22:29)