Rabu, 01 Juni 2011

Journey, day 9

            Telah memasuki hari ke 9 tapi ternyata duduk diam dan merenung masih sulit dilakukan. Terjadi kontradiksi antara yang ingin dihidupi dengan kenyataan hidup. Disatu sisi ingin terus berjalan dan memahami perjalanan ini sebagai usaha seumur hidup tapi disisi lain pada bagian-bagian tertentu, Allah tetap saja diam. Saya jadi ingat acara Kick Andy minggu lalu di televisi. Seorang warga negara Indonesia berlayar seorang diri dari Amerika ke Indonesia. Butuh 11 bulan pelayaran karena dia hanya memanfaatkan tenaga angin. Ada saat dimana dia harus menghadapi ombak setinggi 12 meter selama 2 hari. Tapi itu bukanlah keadaan terburuk karena keadaan terburuk adalah justru ketika tidak ada angin sama sekali. Disaat-saat lautan tenang, dia bisa sangat frustasi sampai terlintas pikiran untuk bunuh diri. Pada saat kapal tidak bergerak kemana-mana, pasti tempat tujuan jadi terasa makin jauh dan muncul keraguan, akankah bisa sampai ketujuan?
            Terus terang, sepertinya saya masih terjebak pada pikiran ”something nice happens on someone nice” atau ”something great happens on someone great”. Betul khan kalau saya ini belum bisa menundukkan diri dan membuka diri terhadap agenda Allah. Seperti anak kecil saya ingin diberi tepukan tangan untuk setiap hal baik yang saya lakukan. Lebih lagi malah, saya menginginkan hadiah karena saya merasa sudah berprestasi dan bersikap seperti yang Allah kehendaki. Saya merasa pantas mendapat hadiah. Saya masih beranggapan bahwa grafik perjalanan ini harusnya linier, makin jauh saya berjalan, makin baik hidup saya dan tentu Allah akan makin peduli dengan apa yang saya inginkan.
            Pasti bukan suatu kebetulan kalau tadi malam seorang sahabat mengirimkan pesan singkat sebuah ayat dari Mazmur 66. Kemudian saya buka pasal itu dan di ayat 19-20 saya menemukan “Sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan.  Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” Ya, Allah telah mendengarnya dan Dia mempertimbangkannya. Pertimbangan Allah adalah pertimbangan paling bijaksana. Jadi kalau Dia berdiam diri tanpa petunjuk apapun seharusnya saya tetap percaya. Dan pagi ini, inilah yang menjadi doa saya “TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.  Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” (Mazmur 139:1-6). Amin

Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?
(Yesaya 40:13)