Sabtu, 25 Juni 2011

Journey, day 32


Banyak yang terjadi seminggu kemarin dan saya benar-benar tidak punya waktu untuk menulis karena ada hal yang lebih penting, mencari jurnal di internet dan membacanya. Beberapa persoalan lain cukup membuat saya semakin kehilangan semangat untuk menulis. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari sepatu olah raga dan berjalan kaki menuju ke rumah kakak laki-laki saya. Saya tak hendak berolah raga, saya hanya ingin menikmati berjalan kaki dan membiarkan otak saya berpikir tentang hal-hal yang ringan. Dua puluh menit berjalan seorang diri, saya tidak merasakan lelah sama sekali. Sampai ditempat tujuan ternyata kakak saya sedang bersiap untuk berjalan kaki juga. Akhirnya saya berjalan kaki lagi, tapi kali ini bertiga dengan tata. Menyusuri jalan-jalan di perkampungan, melewati ladang-ladang dengan udara yang sejuk dan matahari yang tidak lagi menyengat. Tak terasa lebih dari satu jam kami berjalan dan ternyata berjalan kaki sangat menyenangkan. Selama ini olah raga saya hanya berenang, itupun jarang saya lakukan karena meski sedang musim kemarau, disini hawanya dingin.
            Saya pulang ke rumah dan kembali membaca. Kali ini bukan jurnal penelitian tapi tulisan-tulisan Stephen Hawking, diantaranya berjudul Does God play Dice? Sebuah artikel tentang apakah kita bisa merancangkan masa depan ataukah masa depan itu bersifat sembarang dan acak. Saya membacanya karena ingin tahu tentang The Theory of Everything tapi saya belum mendapatkan bukunya. Artikel itu bagus sekali karena hukum-hukum fisika dan persamaan matematika yang rumit bisa dijelaskan sedemikian rupa sehingga orang awampun bisa mengerti. A butterfly flapping its wings can cause rain in Central Park, New York. The trouble is, it is not repeatable. The next time the butterfly flaps its wings, a host of other things will be different, which will also influence the weather. That is why weather forecasts are so unreliable. Bagaimana bisa? Mekanika kuantum jawabannya..
Ada kejadian di hari jumat siang. Saya sedang di ruang kerja saya, sembari bekerja saya chatting dengan seorang teman. Sesekali saya mencium aroma yang sangat wangi, seperti wangi cendana. Awalnya saya pikir itu adalah parfum mahasiwa saya yang barusan menemui saya, jadi saya biarkan saja. Tapi wangi itu datang lagi, terus dan terus. Saya mencoba mencarinya disemua sudut ruangan, sampai ke ruang sebelah bahkan sampai ke luar ruangan tapi tidak ketemu. Sementara tidak ada orang lain di laboratorium saya. Mulailah saya berpikir yang tidak-tidak, mungkin ada hantu, malah teman chatting saya bilang, mungkin ada yang mau meninggal. Waduh, saya harus turun ke lantai 2 dan melanjutkan kerjaan disana, keadaan sudah mulai gak bener ni.. Tiba-tiba wangi itu muncul kembali, akhirnya saya cari lagi dan ternyata sumbernya adalah sebuah kantong plastik hitam tepat disamping notebook saya. Di dalamnya ada teh manis. Saya coba cium, benar memang wanginya dari situ. Saya tertawa sendiri, teh tadi panas waktu saya bawa dari kantin. Panasnya menyebabkan senyawa aditif dalam plastik menguap keluar, berbaur dengan wangi teh kemudian menghasilkan wangi cendana. Begitulah cara orang membuat parfum, campuran senyawa-senyawa aromatik dengan komposisi tertentu menghasilkan wewangian yang beragam. Hembusan angin dari AC membuat wangi itu seolah datang dan pergi.
            Mengapa teman saya berkata “mungkin ada yang mau meninggal”. Ungkapan ini tidak asing bukan? Dan kita pasti meragukan kebenarannya, tapi dari apa yang dikatakan Hawking tadi, bisa jadi diwaktu yang lalu ada wangi yang tiba-tiba muncul dan tiba-tiba pula ada orang yang meninggal. Begitu mengesankannya kejadian itu sehingga selalu diingat orang. Sayangnya tidak repeatable, jadi tidak bisa dijadikan suatu teori. Heheee... :)