Minggu, 25 September 2011

Journey, day 122

          Seorang teman bertanya pada saya "Apa si istimewanya sunrise dan sunset? Kita bisa melihatnya dimanapun, tidak hanya di Bali.." Pertanyaan ini dilontarkan karena setiap kali bepergian saya selalu berusaha merencanakan perjalanan sedemikian rupa sehingga setidaknya saya bisa melihat sunrise atau sunset. Saya rasa saya bukanlah satu-satunya orang yang begitu ingin selalu melihat fenomena yang indah itu. Di bali ini kemacetan parah sering terjadi menjelang sunset, orang berbondong-bondong mendatangi spot-spot terbaik untuk menikmati sunset. Di Kuta, Tanah Lot dan Uluwatu suasananya riuh, ramai sekali.
          Ketika melihat-lihat foto sunset dan sunrise yang berhasil saya buat, kalau dibuat perbandingan, saya menyimpulkan saya lebih menyukai sunrise daripada sunset. Terasa lebih dramatis. Malam yang gelap pekat tersibak, kegelapan memudar jauh sebelum matahari terlihat. Detik demi detik menghadirkan sensasi tersendiri. Dan ketika matahari mulai muncul, saya ingin melompat sembari berteriak "Here you are..! Nice to see you.!!" Rasanya saya siap menjalani hari ini bersama matahari yang akan menerangi seluruh aktivitas. Sayapun bisa merasakan aura kegembiraan ketika orang mulai keluar menuju ke pantai untuk beraktivitas. Hari yang baru telah datang dan mereka menyambut dengan penuh semangat. 


 "Malam gelap jadi rembang pagi, dan pagi jadi siang terang"