Senin, 06 Juni 2011

Journey, day 14

2 Samuel 11:1 -27

Dikisahkan pada suatu pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Daud melakukan sesuatu diluar kebiasaannya. Dia tidak memimpin peperangan tapi memilih diam di istananya. Belumlah jelas apa yang menjadi alasan Daud bertindak seperti ini.
Tidak ikut berperang dan percaya dengan kesanggupan Yoab panglimanya, Daudpun bersantai-santai. Sampai terjadi suatu peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Demikian eloknya sampai tidak hilang dari pikiran dan menimbulkan rasa penasaran yang luar biasa. Demi rasa ingin taunya maka Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu."
Jelas-jelas dikatakan bahwa perempuan itu telah bersuami tapi Daud benar-benar bertindak diluar batas dengan menyuruh orang mengambil perempuan itu. Daud adalah raja, siapa berani melawan titah raja? Perempuan itupun datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Celaka bukan kepalang karena ternyata perempuan itu akhirnya mengandung dan lebih celaka lagi karena suaminya sedang pergi berperang. Maka Daud menyuruh orang kepada Yoab dengan pesan: "Suruhlah Uria, orang Het itu, datang kepadaku." Daud berusaha menutupi perbuatannya supaya perempuan itu dapat dianggap hamil oleh suaminya dengan cara menyuruh Uria pulang ke rumahnya.
            Sayangnya, sebagai seorang prajurit, Uria sangat berintegritas dan menghargai perjuangan teman-temannya di medan perang. Tidak seperti Daud yang bisa bersantai sementara anak buahnya sedang mempertaruhkan hidupnya dalam peperangan. Dan inilah jawab Uria kepada Daud ketika dia memutuskan untuk tidak pulang kerumahnya, "Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!"
            Karena rencananya tidak terlaksana maka Daud bertindak lebih jauh lagi. Dimintanya Uria tinggal kemudian diundang untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Tapi kali inipun Uria yang mabuk itu tidak memilih pulang ke rumahnya. Habis akal akhirnya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan perantaraan Uria. Uria benar-benar orang yang jujur sampai dia tidak tahu kalau surat yang dia bawa itu berisi rencana pembunuhan atas dirinya. Demikian dituliskan Daud dalam surat itu "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati."
            Yoab tak punya pilihan selain melaksanakan titah tuannya dan Uriapun mati bersama beberapa orang prajurit lainnya. Dengan perantaraan Yoab dan penduduk kota Raba, Daud menutupi aibnya. Sayangnya ada juga orang-orang yang ikut mati dalam skenario itu. Dan masih demi pembenaran diri, Daud mengirim pesan kepada Yoab "Janganlah sebal hatimu karena perkara ini, sebab sudah biasa pedang makan orang ini atau orang itu. "
            Setelah Uria mati, Daudpun mengambil Batsyeba sebagai istrinya. Selesai bukan? Tidak akan ada yang tau tentang perzinahan itu, tidak akan ada yang mempertanyakan siapa ayah anak yang dikandung Batsyeba dan bahkan tidak akan ada tuntutan atas kematian Uria. Reputasi, nama baik dan kehormatan Daud dimata rakyatnya tetap terjaga. Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN (2 Sam 11:27).

Dosa ibarat inti atom unsur radioaktif, akan terus meluruh menghasilkan inti unsur-unsur radioaktif yang baru (dosa-dosa baru) sampai terbentuk inti atom yang stabil yang adalah pertobatan (Sonly Saragih)