Senin, 23 Mei 2011

Journey, day 1

Duduk diam dan merenung, apalagi membiarkan Allah berbicara adalah pekerjaan yang sangat sulit. Kesibukan, kelelahan dan kehilangan konsentrasi hanyalah alasan yang biasa digunakan untuk menutupi keengganan untuk merendahkan diri, melepaskan keakuan dan mengijinkan hal lain masuk dalam hati dan pikiran. Kita sering enggan mendengar hal lain karena ingin terus memegang pendirian kita sendiri dengan kuat-kuat. Jadi duduk diam, merenung dan mendengarkan suara Tuhan harus dimulai dengan menundukkan diri, menyangkal diri dan memberi tempat seluas-luasnya bagi Allah untuk menaburkan hal baru. Bisa jadi yang akan kita terima adalah pembokaran terhadap dosa-dosa terselubung yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam. Ini khan yang kadang membuat kita takut? Padahal hanya dengan duduk diam dan merenung kita bisa mengenal pribadi Allah.
            Kenapa membiarkan Allah berbicara itu penting? Dalam Yeremia 9:24  dituliskan “tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN." Manusia hidup untuk suatu tujuan. Telisiklah pribadi demi pribadi disekitarmu, carilah tau bagaimana hidup mereka berkorelasi dengan pengenalan mereka akan Allah? Apakah orang yang terkategori mengenal Allah secara dekat masih mengejar kekayaan, jabatan dan ketenaran dengan menghalalkan segala cara? Lantas kalo dia bermegah, apakah yang dimegahkannya itu? Kekayaan bisa habis, jabatan tidak kekal dan ketenaran akan memudar. Apakah yang bisa dibanggakan dari cara-cara yang berdosa? Kehormatan sesaat bisa saja diperoleh namun apakah kepuasannya dapat memerdekakan jiwa yang haus penerimaan?
            Memahami dan mengenal Allah, siapa dapat memahami dan mengenal Allah tanpa harus menundukkan diri dan memandangNya sebagai pribadi yang Maha. Siapa yang kemudian bisa bermegah dengan cara yang pongah? Saya yakin tidak ada, bahkan ketika bermegah pun hati tetap bersujud. This is my journey, perjalanan mengenal pribadi Allah dan proses pemurnian supaya jiwa saya kompatibel dengan kerajaanNya yang kekal. Dan saya harus memulainya dengan duduk diam, merenung dan membiarkan Dia mengajar dan menghajar dalam disiplin yang membutuhkan komitmen yang luar biasa kuat. Supaya diujungnya saya boleh bermegah, bukan karena hikmat, kepandaian dan kesucian diri tapi karena saya mengenal kasih setia, keadilan dan kebenaran Allah.

Do you know God well enough that He could brag on you if He wanted to? (Tony Evans)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar